searching2 internet .... dapet lagi nih ilmu.....
Hadis palsu ada kalanya populer di
masyarakat, bahkan menjadi dasar amalan ibadah mereka yang kurang jeli dan
tidak memperhatikan keotentikan suatu hadis. Untuk menyikapi permasalah
tersebut, maka Ali Mustafa Yaqub menyusun
sebuah buku yang membahas kelemahan-kelemahan yang terdapat pada hadis-hadis
palsu populer di masyarakat tetapi setelah diadakan penelitian ternyata hadis
tersebut bermasalah, dalam arti lemah bahkan sangat lemah.
Beberapa hadis palsu tersebut,
yaitu.
Hadis palsu "Mencari Ilmu
di Negeri Cina"
Para ulama hadis menurut Ali seperti
yang ia kutip dari al-Albani dalam kitabnya Silsilah al-Ahadis al-Dha’ifah
wa al-Maudhu’ah. mereka sepakat bahwa Abu ‘Atikah Tarif bin Sulaiman
tidak memiliki kredibilitas sebagai rawi hadis. Imam Ahmad bin Hanbal juga
menentang keras hadis itu. Artinya ia tidak mengakui bahwa ungkapan itu
sebagai hadis Nabi saw, atau termasuk hadis palsu
Menurut Ali, hadis palsu tersebut
juga ditulis kembali oleh Ibn al-Jauzi dalam kitabnya al-Maudhu’at.
Kemudian al-Suyuti dalam kitabnya al-La’ali al-Mashnu’ah fi al-Ahadis
al-Maudhu’ah mengatakan bahwa di samping sanad di atas, hadis tersebut
memiliki tiga sanad lain.
Namun, ternyata tiga sanad yang
dimaksud oleh al-Suyuti tersebut tidak mengubah kedudukan hadis yang diteliti
ini, karena sanad yang disebutkan al-Suyuti semuanya lemah. Bahkan justeru
memperkuat kepalsuannya, seperti yang dikutip Ali dari Muhammad Nashir al-Din
al-Bani. Al-Bani mengatakan bahwa catatan al-Suyuti itu laisa bi syai’in
(tidak ada artinya).
Sebagai kesimpulan terakhir, Ali
mengatakan bahwa ungkapan “carilah ilmu meski di negeri Cina”, adalah hadis
palsu, dan boleh jadi hanya semacam kata-kata mutiara, karena konon negeri Cina
pada waktu itu sudah dikenal memiliki budaya yang tinggi, kemudian lambat laun
ungkapan itu disebut-sebut sebagai hadis.
Hadis palsu "Bekerja
Untuk Dunia Seakan Hidup Selamanya"
Hadis ini cukup populer di kalangan
masyarakat. Hadis palsu tersebut adalah sebagai berikut:
اعمل لدنيا ك كا نك تعيش ابدا واعمل
لأخرتك كانك تموت غدا
Menurut Ali dalam beberapa sumber,
hadis tersebut ditemukan sanadnya, dan tidak sampai kepada Nabi saw, tetapi
kepada seorang sahabat yang bernama ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, seperti
yang telah ia kutip dari al-Bani. Hadis yang hanya bersumber dari sahabat
secara umum tidak bisa dikategorikan sebagai hadis, sebab yang disebut hadis
adalah sesuatu yang bersumber dari Nabi saw, baik berupa ucapan, perbuatan,
persetujuan maupun sifat-sifat beliau.
Ali mengatakan bahwa, setelah
diketahui ungkapan tersebut bukan hadis Nabi saw, maka sebenarnya tidak perlu
lagi diteliti apakah ia memiliki otentisitas sebagai hadis Nabi. Menurut Ali,
hadis palsu ini tidak perlu dibahas terlalu jauh.
Hadis palsu "Wanita Tiang
Negara"
Hadis yang dimaksud, bunyinya
sebagai berikut:
المراة عماد البلا د اذا صلحت صلحت
البلا د واذا فسدت فسدت البلا د
“wanita adalah tiang Negara, apabila
wanita itu baik maka Negara akan baik, dan apabila wanita itu rusak, maka
Negara akan rusak pula”
Ali telah mencoba membuka
kitab-kitab hadis, khususnya kitab hadis masyhur, seperti al-Maqashid
al-Hasanah karya al-Sakhawi (w. 906 H.), al-Durar al-Muntatsirah karya
al-Suyuti (w. 911 H.), al-Ghammaz ‘ala al-Lammaz karya al-Samhudi (w.
911 H.), Tamyiz al-Tayyib min al-Khabits karya Ibn Daiba’ (w. 944 H.), Asna
al-Mathalib karya Muhammad Darwisy al-Hut (w. 1276 H.), Kasyf al-Khafa’
wa Muzil al-Ilbas karya al-‘Aljuni (w. 1162 H.) dan lain-lain. Ternyata ia
tidak menemukan hadis tersebut. Demikian pula dalam kitab-kitab hadis yang
lain, seperti al-Kutub al-Sittah.
Karenanya untuk sementara ia
berkesimpulan bahwa ungkapan di atas, adalah hadis palsu. Ia tidak lebih dari
sekedar kata-kata hikmah yang diucapkan oleh seorang tokoh atau ulama.
Hadis palsu "Tidurnya
Orang Berpuasa Ibadah"
Menurut Ali Mustafa Yaqub, hadis
yang disebut-sebut di atas layaknya merupakan hadis populer karena banyak orang
mengetahuinya. Namun ternyata hadis tersebut tidak tercantum dalam kitab-kitab
hadis populer.
Dalam sanad hadis tersebut terdapat
nama-nama seperti Ma’ruf bin Hasan, seorang rawi yang lemah, dan Sulaiman bin
Amr al-Nakha’i, seorang rawi yang lebih lemah dari Ma’ruf. Bahkan menurut
al-Iraqi, Sulaiman adalah seorang pendusta. Demikian yang dikutip oleh Ali dari
Muhammad Abd al-Ra’uf al-Minawi dalam kitabnya Faidh al-Qadir.
Menurut al-Suyuti, kualitas hadis
ini adalah dha’if. Bagi orang yang kurang memahami tentang Ilmu Hadis,
pernyataan al-Suyuti ini dapat menimbulkan salah paham, sebab menurut Ali,
hadis dha’if itu secara umum masih dapat dipertimbangkan untuk
pengamalannya. Sedangkan hadis maudhu, matruk dan munkar tidak
dapat dijadikan dalil untuk beramal sama sekali, meskipun sekedar motivasi
untuk berbuat kebajikan.
Hadis palsu "Siapa
Menghendaki Dunia atau Akhirat ia Wajib Berilmu"
Hadis palsu tersebut, terjemahannya
adalah:
Siapa yang menghendaki dunia, ia
harus berilmu. Siapa yang menghendaki akhirat, ia juga harus berilmu. Dan siapa
yang menghendaki dunia dan akhirat ia juga harus berilmu.
Ternyata Ali, tidak menemukan hadis
tersebut dalam kitab-kiab hadis. Ungkapan seperti itu justeru ia temukan dalam
kitab al-Majmu’ Syarah al-Muhaddzab karya Imam al-Nawawi (w. 676 H.)
dalam juz awal halaman 12, dan ternyata ungkapan tersebut bukanlah hadis Nabi
saw, melainkan ucapan Imam al-Syafi’I (w. 204 H.). Ungkapan tersebut
selengkapnya adalah sebagai berikut:
قا ل رحمه الله طلب العلم افضل من
صلاة النا فلة وقال: من اراد الد نيا فعليه بالعم ون اراد الآخرة فعليه بالعلم
Imam Syafi’ rahimahullah
berkata”Mencari ilmu itu lebih utama daripada shalat sunnah. Ia juga berkata,
siapa yang menghendaki dunia ia harus berilmu, dan siapa yang menghendaki
akhirat ia harus berilmu”.
Hadis palsu "Cinta Tanah
Air Sebagian dari Iman"
Hadis ini dinilai oleh sementara
orang sebagai suatu yang dapat menumbuhkan semangat patriotism dan menyuburkan
rasa kebangsaan. Karenanya ia sering disebut-sebut dalam upacara untuk
menggugah semangat patriotism dan kebangsaan.
Ungkapan tersebut teksnya adalah
sebagai berikut:
حب الوطن من الإيمان
Menurut penelusuran Ali, bahwa
al-Suyuti mengomentari hadis tersebutlam aqif ‘alaih
(saya tidak menemukannya). Begitu pula Imam al-Sakhawi juga mengatakan seperti
itu, meskipun menurutnya substansi hadis itu, bukan hadis palsu, melainkan
hadis shahih.
Namun pendapat al-Sakhawi ini
langsung disanggah oleh Ali al-Qari, yang mengatakan bahwa makna dan substansi
hadis itu sebagai hadis shahih, sangat aneh, sebab tidak ada kaitan antara
cinta tanah air dengan iman. Dan bagaimanapun juga menurut Ali, sekiranya
substansi ungkapan itu shahih, maka hal itu juga tidak akan merubah status
ungkapan tersebut menjadi sebuah hadis shahih. Ia tetap saja menjadi hadis
palsu apabila dinisbahkan kepada nabi saw. Karenanya ungkapan-ungkapan yang
bersubstansi baik atau shahih, seyogyanya disebut saja sebagai kata-kata hikmah
atau kata-kata mutiara, agar kita selamat dari ancaman neraka.
Hadis palsu "Orang Yang
Mengenal Dirinya Ia Mengenal Tuhannya"
Adapun redaksi dari hadis palsu
tersebut adalah sebagai berikut:
من عرف نفسه عرف ربه
Menurut Ali, sumber lain menuturkan
bahwa ungkapan itu adalah ucapan Sa’id al-Kharraz. Karenanya, apabila ungkapan
itu dinisbahkan kepada Nabi saw, maka ungkapan itu menjadi hadis palsu.
Namun, meskipun para ahli hadis
telah menetapkan bahwa hadis tersebut palsu, tetapi sebagian kaum sufi tetap
memandang bahwa hadis itu shahih. Ibn al-Ghars menuturkan, bahwa kitab-kitab
tasawuf sangat sarat dengan hadis ini. Kaum sufi itu seperti Syekh Muhyi
al-Din bin al-‘Araby dan lain-lain memposisikan ungkapan tersebut sebagai
hadis. Bahkan ada yang menuturkan, bahwa Syekh Muhyi mengatakan bahwa, meskipun
tidak shahih dari segi riwayat, namun bagi mereka hadis itu shahih berdasarkan
metode kasyf.
Hadis palsu "Tidak Makan
Kecuali Lapar"
Hadis yang dimaksud, teksnya sebagai
berikut:
نحن قوم لا نكل حتي نجوع واذا اكلنا
لا نشبع
Namun setelah Ali meneliti lagi,
ternyata ia menemukannya dalam kitab al-Rahmah fi al-Tibb wa al-Hikmah,
karya Imam al-Suyuti. Dan ternyata ungkapan tersebut bukanlah sebuah hadis,
melainkan ucapan seorang dokter ahli dari Sudan.
Hadis palsu "Ramadhan
Setahun Penuh"
Hadis yang dimaksud teksnya adalah
sebagai berikut:
عن ابن عباس رضي الله عنهما انه قال:
سمعت رسول الله صلي الله عليه وسلم يقول : لو تعلم امتي ما في رمضان لتمنوا ان
تكون السنة كلها رمضان.
Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata:”Saya
mendengar Rasulullah saw. Bersabda: “Seandainya umatku mengetahui pahala ibadah
bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar satu tahun penuh menjadi
Ramadhan semua”.
Hadis dengan teks seperti ini kata
Ali, terdapat antara lain dalam kitab Durrah al-Nashihin karya Utsman
al-Khubbani. Sebuah kitab yang berisi petuah-petuah untuk beribadah, namun
dituding oleh banyak orang, khususnya ahli hadis, sebagai kitab yang banyak
berisi hadis palsu dan kisah-kisah imajinasi.
Menurut Ali, hadis yang dinukil oleh
Utsman al-Khubbani itu merupakan penggalan dari hadis yang sangat panjang, yang
diriwayatkan oleh antara lain Imam Ibnu Khuzaimah (w. 311 H.) dalam kitabnya Shahih
Ibnu Khuzaimah, Imam Abu Ya’la, Imam al-Baihaqy dalam kitabnya Syu’ab
al-Iman dan Imam Ibnu al-Najjar. Kemudian juga dinukil oleh Imam
al-Mundziri (w. 656 H) dalam kitabnya al-Targhib wa al-Tarhib.
Teks aslinya seperti tertulis dalam
kitab Shahih Ibn Khuzaimah adalah sebagai berikut:
عن ابن مسعود عن النبي صلي الله عيه
وسلم- وهذا حديثث ابي الخطاب- قال: سمعت رسول الله صلي الله عليه وسلم ذات يوم وقد
اهل رمضا ن فقال : لو يعلم العباد ما في رمضان لتمنت امتي ان تكون السنة كلها.فقا
ل رجل من خزا عة يا نبي الله حدثنا فقا ل: ان الجنه لتزين لرمضان من راس الحول الي
الحول فاذا كان اول يوم من رمضان هبت ريح من تحت العرش فصفقت ورق الجنة فتنظر
الحور العين الي ذالك فقلن يا رب اجعل لنا من عبادك في هاذا الشهر ازواجا تقر
اعيننا وتقر اعينهم بنا قال: فما من عبد يصوم يوما من رمضان الا زوج زوجة من الحور
العين في خيمة من درة مما نعة الله (حور مقصورات في الخيام) علي كل امراة سبعون
حلة ليس منها حلة علي لون الاخري تعطي سبعين لونا من الطيب ليس منه لون علي ريح
الاخري. لكل امراة منهن سبعون الف وصيفة لحا جتها وسبعون الف وصيف مع كل وصيف مع
كل وصيف صفة من ذهب فيها لون طعام تجد لاخري لقمة منها لذة لا تجد لاوله. لكل امرة
منهن سبعون سرير سبعون فراشا بطاءنها من استبرق فوق كل فراش سبعون اريكة ويعطي
زوجها مثل ذالك علي سرير من ياقوت احمر موشع بالدر عليه سواران من ذهب هذا بكل يوم
صامه من رمضان سوي ما عمل من الحسنات.
Setelah diadakan penelitian,
ternyata hadis di atas dinyatakan positif hadis palsu. Kepalsuan itu menurut
Ali, bukan lantaran adanya kejanggalan makna, karena hal itu hanyalah salah
satu tanda saja, melainkan karena adanya rawi yang bernama Jarir bin Ayyub
al-Bajali dalam setiap sanadnya, dimana Jarir bin Ayyub ini diklaim oleh para
kritikus hadis sebagai pemalsu hadis. Karenanya hadis-hadis yang ia riwayatkan
disebut hadis palsu, atau minimal matruk dan munkar.
MAU YANG LEBIH LENGKAP :